Jalin Ukhuwah

Jalin Ukhuwah

waKTu sHoLat

Cermin Diri

Dalam riwayat Asakir dari al-Ashma’y disebutkan bahwa Abu Bakar jika dipuji beliau berdo’a “Ya Allah Engkau lebih tahu tentang diriku dan saya lebih tahu dari mereka. Ya Allah berikan kebaikan padaku dari apa yang mereka sangkakan. Ampunilah aku dari apa yang mereka tidak tahu dan jangan azab aku dari apa yang mereka katakan.”

=================================================

Saat kita menanam padi, rumput pun ikut tumbuh. TAPI..saat kita menanam rumput, tidak pernah tumbuh padi. Dalam melakukan kebaikan, kadang-kadang hal yang buruk turut menyertai. Namun, saat melakukan keburukan, tidak ada kebaikan bersamanya. Jangan bosan untuk berbuat baik, meski kadang tidak sempurna. Manusia menjadi sempurna justru karena memiliki Kekurangan disamping kelebihannya & Kelemahan selain kekuatannya…

thiNk aBout...

Menyendiri lebih baik dari pada berkawan dengan yang buruk & teman bergaul yang saleh lebih baik dari pada menyendiri. Berbincang2 yg baik lebih baik dari pada berdiam & berdiam adalah lebih baik dari pada berbicara (mengobrol) yang buruk (HR. Al- Hakim)

===================================================

Sebaik-baik sahabatmu ialah yang selalu memperhatikan kepentinganmu, bukan karena suatu kepentingan yang diharapkan daripadamu untuk dirinya (Al Hikam)

Jumat, 14 September 2012

Baik Sangka


Seorang kawan bertanya dengan nada mengeluh. “Di mana keadilan Allah?”, ujarnya. “Telah lama aku memohon dan meminta padaNya satu hal saja. Kuiringi semua itu dengan segala ketaatan padaNya. Kujauhi segala laranganNya. Kutegakkan yang wajib. Kutekuni yang sunnah. Kutebarkan shadaqah. Aku berdiri di waktu malam. Aku bersujud di kala Dhuha. Aku baca kalamNya. Aku upayakan sepenuh kemampuan mengikut jejak RasulNya. Tapi hingga kini Allah belum mewujudkan harapanku itu. Sama sekali.”

Saya menatap iba. Lalu tertunduk sedih.
“Padahal,” lanjutnya sambil kini berkaca-kaca, “Ada teman lain yang aku tahu ibadahnya berantakan. Wajibnya tak utuh. Sunnahnya tak tersentuh. Akhalaknya kacau. Otaknya kotor. Bicaranya bocor. Tapi begitu dia berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hari berikutnya segalanya telah tersaji. Semua yang dia minta didapatkannya. Di mana keadilan Allah?”

Rasanya saya punya banyak kata-kata untuk menghakiminya. Saya bisa saja mengatakan, “Kamu sombong. Kamu bangga diri dengan ibadahmu. Kamu menganggap hina orang lain. Kamu tertipu oleh kebaikanmu sebagaimana Iblis telah terlen! Jangan heran kalau doamu tidak diijabah. Kesombonganmu telah menghapus segala kebaikan. Nilai dirimu hanya anai-anai beterbangan. Mungkin kawan yang kau rndahkan jauh lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah karena dia merahasiakan amal shalihnya!”

Saya bisa mengucapkan itu semua. Atau banyak kalimat kebenaran lainnya.

Tapi saya sadar. Ini ujian dalam dekapan ukhuwah. Maka saya memilih sudut pandang lain yang saya harap lebih bermakna baginya daripada sekedar terinsyafkan tapi sekaligus terluka. Saya khawatir, luka akan bertahan jauh lebih lama daripada kesadarannya.

Maka saya katakan padanya, “Pernahkan engkau didatangi pengamen?”

“Maksudmu?”

“Ya, pengamen,” lanjut saya seiring senyum. “Pernah?”

“iya. Pernah.” Wajahnya serius. Matanya menatap saya lekat-lekat.

“Bayangkan jika pengamen adalah seorang yang berpenampilan seram, bertato, bertindik dan wajahnya garang mengerikan. Nyanyiannya lebih mirip teriakan yang memekakkan telinga. Suaranya kacau, balau, sengau, parau, sumbang dan cempreng. Lagunya malah menyakitkan uluh hati, sama sekali tak dapat dinikmati. Apa yang akan kau lakukan?”

“Segera kuberi uang,” jawabnya, “Agar segera berhenti menyanyi dan cepat-cepat pergi.”

“Lalu bagaimana jika pengamen itu bersuara emas, mirip sempurna dengan Ebiet G. Ade atau Sam Bimbo yang kau suka, menyanyi dengan sopan dan penampilannya rapi lagi wangi; apa yang kau lakukan?”

“Kudengarkan, kunikmati hingga akhir lagu,” dia menjawab sambil memejamkan mata, mungkin membayangkan kemerduan yang dicanduinya itu. “Lalu kuminta dia menyanyikan lagu yang lain lagi. Tambah lagi. Dan lagi.”

Saya tertawa.

Dia tertawa.

“Kau mengerti kan?” tanya saya. “Bisa saja Allah juga berlaku begitu pada kita, para hambaNya. Jika ada manusia yang fasik, keji, munkar, banyak dosa dan dibenciNya berdoa memohon padaNya, mungkin akan Dia firmankan pada malaikat: ‘Cepat berikan apa yang dia minta. Aku muak mendengar ocehannya. Aku benci menyimak suaranya. Aku risi mendengar pintanya!”

“Tapi,” saya melanjutkan sambil memastikan dia mencerna setiap kata, “Bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintaiNYa, yang giat beribadah, yang rajin bersedekah, yang menyempurnakan wajib dan menegakkan sunnah; maka mungkin saja Allah akan berfirman pada malaikatNya: ‘Tunggu! Tunda dulu apa yang menjadi hajatnya. Sunggu Aku bahagia bila diminta. Dan biarlah hambaKu ini terus meminta, terus berdoa, terus menghiba. Aku menyukai doa-doanya. Aku menyukai kata-kata dan tangis isaknya. Aku menykai khusyu’ dan tunduknya. Aku menyukai puja dan puji yang dilantunkannya. Aku tak ingin dia menjauh dariKU setelah mendapat apa yang dia pinta. Aku mencintaiNya.”

“oh ya?” matanya berbinar. “Betul demikiankah yang terjadi padaku?”

“Hmm..pastinya aku tak tahu,” jawab saya sambil tersenyum. Dia agak terkejut. Segera saya sambung sambil menepuk pundaknya, “Aku hanya ingin kau berbaik sangka.”

Dan dia tersenyum. Alhamdulillah.


-DDU-

Kamis, 13 September 2012

Yang Manakah Engkau


Yang aku tahu
Ada dua jenis manusia di bumi ini
Hanya ada dua, sungguh, tak lebih

Bukan pendosa dan orang suci, karena lazimnya
Sulit mencari kebajikan yang murni, ataupun
Kejahatan yang sama sekali tak berbelas kasih

Bukan yang kaya dan miskin, sebab
Untuk membedakan keduanya kita harus tahu
Kelimpahan nurani dan kesehatannya

Bukan yang rendah hati dan si sombong diri
Karena sepanjang kehidupan, siapapun yang sombong
Takkan lagi dianggap sebagai manusia

Bukan yang bahagia dan yang bersedih hati
Karena tahun-tahun yang lewat, membawakan tawa
Silih berganti dengan duka bagi tiap manusia

Tidak,
Dua macam manusia yang kita bicarakan adalah
Mereka yang mengangkat dan mereka yang membebani
Dengan kedua jenis ini kita berjumpa, ke manapun kita pergi
Kita bahkan merasa, akan hanya ada seorang pengangkat
Untuk tiap duapuluh orang yang membebani

Termasuk yang manakah engkau
Apakah kau meringankan beban, bagi para pengangkat yang lemah
Ataukah engkau seorang penyandar, yang mana sesama kau biarkan
Ikut merasakan tanggungan, kekahawatiran, dan maslahmu
Atau bahkan engkaukah yang membawakan segala duka dan derita
Untuk memberati pundak-pundak mereka

                     Ella Wheeler Wilcox

Keluarga Sakinah : Hukum Islam Tentang Kewajiban Istri Mengerjakan Pekerjaan Rumah Tangga


Untuk semuanya Suami wajib mencari nafkah itu sudah ketentuan dalam Al Quran, tapi ada gak sih ayat Al Quran yang menjelaskan kalau kewajiban istri itu mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga seperti nyapu, ngepel, masak, ngurus anak, nyetrika dlll? Bukannya kewajiban istri itu hanya melayani suaminya saja? Sedangkan urusan tetekbengek lainnya bisa dikerjakan oleh pembantu? Soalnya kadang hal tersebut dianggap tidak adil oleh sebagian istri, kadangkala seorang suami lebih menghargai istrinya yang juga bekerja mencari nafkah karena dianggap membantu perekonomian keluarga, dibandingkan dengan istri yang cuma ibu rumah  tangga tok yang kadang dianggap oleh suaminya hanya menghabiskan uang suami saja. 
Padahal ibu rumah tangga itu kerjanya full time 24 jam, paginya sibuk nyapu, ngepel, buat sarapan trus mengantar jemput anak ke sekolah, lalu masak, nyetrika…ngurus anak dlll dan malamnya juga harus melayani suami, seorang istri jarang ada yang punya waktu untuk dirinya sendiri bahkan juga tidak sempat untuk bergaul, hangout bersama teman temannya..Subhanalloh sebuah kondisi yang kadang suka dilupakan dan diremehkan oleh seorang suami. Dan suatu hal yang juga begitu menyakitkan hati istri ketika suaminya juga masih saja selingkuh dengan perempuan lain dengan alasan yang kadang terkesan dibuat buat. Sudah dirumah capek, ga ada hiburan eh suami masih saja selingkuh.Begitu katanya..hasil share dengan ibu ibu… 
Jadi supaya semuanya paham dan jelas yuk kita share dari Warnaislami…. tentang Hukum islam yang menjelaskan tentang hal tersebut diatas….biar suami bisa lebih menghargai istrinya, dan biar istripun paham apa kewajibannya.
 Ada gak sih Ayat Quran atau Haditsnya? Ya, terus terang tidak ada ayat yang menjelaskan sedetail itu, begitu juga dengan hadits nabawi. Maksudnya, kita akan menemukan ayat yang bunyinya bahwa yang wajib masak adalah para suami, yang wajib mencuci pakaian, menjemur, menyetrika, melipat baju adalah para suami. Kita tidak akan menemukan hadits yang bunyinya bahwa kewajiban masak itu ada di tangan suami. Kita tidak akan menemukan aturan seperti itu secara eksplisit. Yang kita temukan adalah contoh real dari kehidupan Nabi SAW dan juga para shahabat. Sayangnya, memang tidak ada dalil yang bersifat eksplisit.
 Semua dalil bisa ditarik kesimpulannya dengan cara yang berbeda. Misalnya tentang Fatimah puteri Rasulullah SAW yang bekerja tanpa pembantu. Sering kali kisah ini dijadikan hujjah kalangan yang mewajibkan wanita bekerja berkhidmat kepada suaminya. Namun ada banyak kajian menarik tentang kisah ini dan tidak semata-mata begitu saja bisa dijadikan dasar kewajiban wanita bekerja untuk suaminya. Sebaliknya, Asma' binti Abu Bakar justru diberi pembantu rumah tangga. Dalam hal ini, suami Asma' memang tidak mampu menyediakan pembantu, dan oleh kebaikan sang mertua, Abu Bakar, kewajiban suami itu ditangani oleh sang pembantu. Asma' memang wanita darah biru dari kalangan Bani Quraisy. Dan ada juga kisah lain, yaitu kisah Saad bin Amir radhiyallahu 'anhu, pria yang diangkat oleh Khalifah Umar menjadi gubernur di kota Himsh. Sang gubernur ketika di komplain penduduk Himsh gara-gara sering telat ngantor, beralasan bahwa dirinya tidak punya pembantu. Tidak ada orang yang bisa disuruh untuk memasak buat istrinya, atau mencuci baju istrinya. Loh, kok kebalik? Kok bukan istrinya yang masak dan mencuci?. Nah itulah, ternyata yang berkewajiban memasak dan mencuci baju memang bukan istri, tapi suami.
Karena semua itu bagian dari nafkah yang wajib diberikan suami kepada istri. Sebagaimana firman Allah SWT : 
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa' : 34) 

Pendapat 5 Mazhab Fiqih Namun apa yang saya sampaikan itu tidak lain merupakan kesimpulan dari para ulama besar, levelnya sampai mujtahid mutlak. Dan kalau kita telusuri dalam kitab-kitab fiqih mereka, sangat menarik. Ternyata 4 mazhab besar plus satu mazhab lagi yaitu mazhab Dzahihiri semua sepakat mengatakan bahwa para istri pada hakikatnya tidak punya kewajiban untuk berkhidmat kepada suaminya. 

1. Mazhab al-Hanafi
Al-Imam Al-Kasani dalam kitab Al-Badai' menyebutkan : Seandainya suami pulang bawa bahan pangan yang masih harus dimasak dan diolah, lalu istrinya enggan unutk memasak dan mengolahnya, maka istri itu tidak boleh dipaksa. Suaminya diperintahkan untuk pulang membaca makanan yang siap santap. 

Di dalam kitab Al-Fatawa Al-Hindiyah fi Fiqhil Hanafiyah disebutkan : Seandainya seorang istri berkata,"Saya tidak mau masak dan membuat roti", maka istri itu tidak boleh dipaksa untuk melakukannya. Dan suami harus memberinya makanan siap santan, atau menyediakan pembantu untuk memasak makanan. 

2. Mazhab Maliki 
Di dalam kitab Asy-syarhul Kabir oleh Ad-Dardir, ada disebutkan : wajib atas suami berkhidmat (melayani) istrinya. Meski suami memiliki keluasan rejeki sementara istrinya punya kemampuan untuk berkhidmat, namun tetap kewajiban istri bukan berkhidmat. Suami adalah pihak yang wajib berkhidmat. Maka wajib atas suami untuk menyediakan pembantu buat istrinya.

3. Mazhab As-Syafi'i 
Di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab karya Abu Ishaq Asy-Syirazi rahimahullah, ada disebutkan : 
Tidak wajib atas istri berkhidmat untuk membuat roti, memasak, mencuci dan bentuk khidmat lainnya, karena yang ditetapkan (dalam pernikahan) adalah kewajiban untuk memberi pelayanan seksual (istimta'), sedangkan pelayanan lainnya tidak termasuk kewajiban. 

4. Mazhab Hanabilah 
Seorang istri tidak diwajibkan untuk berkhidmat kepada suaminya, baik berupa mengadoni bahan makanan, 
membuat roti, memasak, dan yang sejenisnya, termasuk menyapu rumah, menimba air di sumur. Ini merupakan nash Imam Ahmad rahimahullah. Karena aqadnya hanya kewajiban pelayanan seksual. Maka pelayanan dalam bentuk lain tidak wajib dilakukan oleh istri, seperti memberi minum kuda atau memanen tanamannya. 

5. Mazhab Az-Zhahiri 
Dalam mazhab yang dipelopori oleh Daud Adz-Dzahiri ini, kita juga menemukan pendapat para ulamanya yang tegas menyatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi istri untuk mengadoni, membuat roti, memasak dan khidmat lain yang sejenisnya, walau pun suaminya anak khalifah. Suaminya itu tetap wajib menyediakan orang yang bisa menyiapkan bagi istrinya makanan dan minuman yang siap santap, baik untuk makan pagi maupun makan malam. Serta wajib menyediakan pelayan (pembantu) yang bekerja menyapu dan menyiapkan tempat tidur. 

Pendapat Yang Berbeda 
Namun kalau kita baca kitab Fiqih Kontemporer Dr. Yusuf Al-Qaradawi, beliau agak kurang setuju dengan pendapat jumhur ulama ini. Beliau cenderung tetap mengatakan bahwa wanita wajib berkihdmat di luar urusan seks kepada suaminya. Dalam pandangan beliau, wanita wajib memasak, menyapu, mengepel dan membersihkan rumah. Karena semua itu adalah imbal balik dari nafkah yang diberikan 
suami kepada mereka. Kita bisa mafhum dengan pendapat Syeikh yang tinggal di Doha Qatar ini, namun satu hal yang juga jangan dilupakan, beliau tetap mewajibkan suami memberi nafkah kepada istrinya, di luar urusan kepentingan rumah tangga. 

Jadi para istri harus digaji dengan nilai yang pasti oleh suaminya. Karena Allah SWT berfirman bahwa suami itu memberi nafkah kepada istrinya. Dan memberi nafkah itu artinya bukan sekedar membiayai keperluan rumah tangga, tapi lebih dari itu, para suami harus 'menggaji' para istri. Dan uang gaji itu harus di luar semua biaya kebutuhan rumah tangga. 

Yang sering kali terjadi memang aneh, suami menyerahkan gajinya kepada istri, lalu semua kewajiban 
suami harus dibayarkan istri dari gaji itu. Kalau masih ada sisanya, tetap saja itu bukan lantas jadi hak istri. 
Dan lebih celaka, kalau kurang, istri yang harus berpikir tujuh keliling untuk mengatasinya. Jadi pendapat Syeikh Al-Qaradawi itu bisa saja kita terima, asalkan istri juga harus dapat 'jatah gaji' yang pasti dari suami, di luar urusan kebutuhan rumah tangga. 

Perempuan Dalam Islam Tidak Butuh Gerakan Pembebasan. Kalau kita dalami kajian ini dengan benar, ternyata Islam sangat memberikan ruang kepada wanita untuk bisa menikmati hidupnya. Sehingga tidak ada alasan buat para wanita muslimah untuk latah ikut-ikutan dengan gerakan wanita di barat, yang masih primitif karena hak-hak wanita disana masih saja dikekang. Islam sudah sejak 14 abad yang lalu memposisikan istri sebagai makhuk yang harus dihargai, diberi, dimanjakan bahkan digaji. Seorang istri di rumah bukan pembantu yang bisa disuruh-suruh seenaknya. Mereka juga bukan jongos yang kerjanya apa saja mulai dari masak, bersih-bersih, mencuci, menyetrika, mengepel, mengantar anak ke sekolah, bekerja dari mata melek di pagi hari, terus tidak berhenti bekerja sampai larut malam, itu pun masih harus melayani suami di ranjang, saat badannya sudah kelelahan. 
Kalau pun saat ini ibu-ibu melakukannya, niatkan ibadah dan jangan lupa, lakukan dengan ikhlas. Walau 
sebenarnya itu bukan kewajiban. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang teramat besar buat para ibu 
sekalian. Dan semoga suami-suami ibu bisa lebih banyak lagi mengaji dan belajar agama Islam. 
Jadi pekerjaan rumah tangga sebenarnya bukanlah kewajiban seorang istri karena tidak ada satupun 
hadist yang menjelaskan tentang hal tersebut. Namun niatkanlah dengan ikhlas semata mata 
untuk mencari Ridho Allah, dan sebagai ladang amal ibadah kita. Mudah mudahan istri istri 
semuanya mendapatkan berkah dan digolongkannya kita sebagai istri yang Soleha. Aamiin 

Dan untuk para suami sebaiknya dipahami juga kalo pekerjaan rumah tangga bukanlah mutlak 
kewajiban seorang istri. Jadi akan lebih baik kalau suami bisa lebih menghargai istrinya.Saling 
bekerjasama dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, saling mengisi sehingga keharmonisan 
rumah tangga bisa lebih terjaga tentunya dalam mewujudkan keluarga yang sakinah. Aamiin 

Comment dari sahabat (Marya DS): 
Klau bisa memang suami hrs menyediakan pembantu untuk istri, klau tdk bisa maka suami membantu tugas istri. Disitu dicontohkan Rosulluloh bahkan menjahit sendiri bajunya yg robek, membersihkan rumah padahal rosul jg mencari nafkah untuk keluarganya. Tp jg rosul prnh mengatakan pd putrinya "aku bisa memberimu seribu budak namun setiap tetes keringat yg kau keluarkan untuk mengurus rumah balasannya adl surga" 

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum 
warahmatullahi wabarakatuh, 
Ahmad Sarwat, Lc 
Sumberhttp:// www.warnaislam.com/syariah/ 
pernikahan/2008/10/29/40320/Benarkah_Istri_Tidak_ 
Wajib_Masak_dan_Mengurus_Rumah.htm

Amanat Kehidupan

Perjalanan bangsa ini --dan juga bangsa-bangsa lain-- selalu memberikan pelajaran bahwa tidak ada satu pun yang abadi. Jabatan dan kekuasaan yang dimiliki seseorang selalu ada batasnya. Orang yang sebelumnya dihormati dan dimuliakan dengan sangat cepat dapat menjadi orang yang hina dan pesakitan. Orang yang kaya pun dapat dengan sangat tiba-tiba menjadi miskin. Begitu juga sebaliknya, orang yang beberapa bulan atau tahun lalu bukan ''siapa-siapa'', bisa jadi kini sudah menjadi ''orang hebat''.

Hal ini sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam firman-Nya, ''Katakanlah, 'Wahai Tuhan Yang Mempunyai Kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)'.'' (QS 3: 26-27).

Demikian pula dengan diri kita. Kita pun berputar dan mengalami pertumbuhan dari asalnya tidak ada menjadi ada dan kemudian kembali kepada-Nya. Dari anak-anak, remaja, dewasa dan menjadi tua. Allah SWT berfirman, ''Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.'' (QS 2: 28).

Dalam ayat lainnya dijelaskan, ''Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami-(nya).'' (QS 40: 67).

Itulah yang disebut sunnatullah. Semuanya berjalan dan berputar sesuai dengan kehendak Yang Kuasa, Allah SWT. Allah yang memberikan amanah kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Dan, Allah pula yang mencabut amanah tersebut.

Dalam konteks ini, maka apa pun yang kita miliki dan bahkan diri kita adalah amanah kehidupan dari Allah. Kita harus menjaga dan menjalankan amanah tersebut sesuai dengan apa yang diperintahkan dan diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Karenanya, janganlah kita terlena dengan segala apa yang kita miliki, terutama jabatan (kedudukan) dan kekayaan. Sebab, semua itu adalah cobaan dan amanat.

Allah SWT berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.'' (QS 8: 27). Wallahu a'lam bis-shawab

Ku Temukan Cinta

Kutemukan Cinta...

Cinta itu begitu melekat pada sapuan pandangan...
hinggga tiap sudutnya termakna ketulusan yang membunga jiwa

Begitu cantiknya Cinta itu terlihat, seolah Sahara bagai Swarga
Dan begitu selaras bilur Cinta itu terasa, hingga meruah menjadi makna

Wahai Sang pemilik Cinta...
Sungguh Engkau menabur Cinta tiada segan...
Engkau Ciptakan Uluru* yang tegar, besar dan memerah...
Dan kokohnya Kata Tjuta* yang memangku kaki langit Australia

Semua untuk piala piala Cinta...
Aborigin yang legam bisa singgah didalamnya
mamalia yang melata, Kangguru, dan Unta berkumpul menyatu
Semua merasakan tebaran cinta Mu

Sampailah pada sudut relung hati ini
Pemilik piala cinta yang telah usang
yang rapuh memaknai cinta dan Karunia

Wahai Pemilik Lautan Cinta...
Jadikan jiwa dan hati ini tunduk dan patuh pada kebesaran cintamu
yang kan menjadikan piala cinta ini kemilau kembali

Jadikan tatapan Sahara Yulara ini menjadi luas
seluas hati ini meraih benih akan cinta-Mu.

Dan jadikan bingkai alam ciptaanMu ini
kelak menjadi bingkai cinta yang Kau persembahkan
sebagai hadiah cantik dalam hidupku.

Untuk Mu Alloh..., Ku meminang CintaMu.

Sajada wajhiya lilladziy khalakahu...
Wajahku telah bersujud kepada yang telah menciptakannya
Washawarahu wasaqa sam'ahu wabasharu
dengan meng-fungsikan pendengaran dan penglihatannya
bihawlihi waquwatihi
dengan kemampuan dan kekuatannya
Fatabaarakallahu ahsanul khaaliqiyna.
Maha Suci Alloh sebaik-baik Pencipta.

Saat Pena Islam Bicara !!

Saya terkejut ketika membaca sebuah tulisan yang menyudutkan Islam. Ada kemarahan di dada saya. Saya ingin sekali menanggapinya, tapi saya merasa tidak punya kemampuan untuk itu. Saya berdoa dan berharap semoga ada seorang ulama atau cendikiawan muslim yang mau menanggapi tulisan itu. Saya menunggu beberapa hari, beberapa minggu, tak ada satu pun muslim yang mau menanggapinya. Saya mengeluh, mengapa sampai terjadi begini? Mengapa umat Islam tidak peka terhadap permasalahan yang dihadapi agamanya sendiri?

Saya pernah mendengar ceramah Ust. Adian Husaini, di Timur Tengah sana, katanya, jika ada satu tulisan atau satu buku yang telah jelas-jelas menyimpang atau mendiskreditkan Islam, maka kemudian lahirlah puluhan artikel atau buku sebagai tanggapan atas buku yang menyimpang itu. Tidak heran, begitu banyak buku-buku terjemahan bahasa Arab telah diterbitkan di negeri ini. Karena mereka sudah menganggap aktivitas menulis sebagai bagian dari jihad mereka.

Saya sendiri menyadari, bahwa saya tidak mungkin dan juga tidak ingin menyalahkan orang lain; mereka yang memiliki kemampuan untuk mengkritisi setiap berita atau tulisan yang menyerang Islam dan umatnya, tetapi malas menanggapinya. Sebagai seorang muslim, saya memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan diri saya, keluarga saya, dan saudara-saudara saya dari setiap upaya yang bertujuan untuk mendangkalkan akidah agama kami. Saya mesti berbuat! Itulah tekad saya. Jangan hanya mengatakan di dalam hati, “Itu tidak benar!” sambil menggerutu tidak karuan. Hanya menolak dalam hati, sebagaimana yang disabdakan Nabi, adalah selemah-lemahnya Iman. Kaum muslimin harus berjuang dengan keimanan yang kokoh dan ilmu yang mendalam. Sehingga ketika terjadi “benturan” kita dapat memenangkannya. Kita seharusnya mulai peka terhadap hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan agama kita. Dan kemudian meluruskannya kembali dengan kekuatan dan kemampuan yang kita miliki. Meningkatkan kualitas dan kuantitas keilmuan adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dengan ilmu itu, seorang muslim menjadi tahu, mana yang benar dan mana yang salah. Jika sesuatu ia ketahui salah, maka ia berusaha meluruskannya sekuat tenaga. Karena ia yakin sesuatu itu adalah salah.

Para ulama kita sangat rajin menulis. Imam Ibnu Al-Jauzy dikabarkan mampu menulis empat puluh halaman sehari. Imam Hasan Al-Banna menulis sebuah tanggapan atas buku Dr. Thaha Husein (tokoh sekuler Mesir) ketika beliau sedang dalam perjalanan pulang naik kereta. Imam Muhammad Abduh menulis buku “Ilmu menurut Islam dan Kristen” hanya dalam sehari! Sebagai tanggapan terhadap tulisan seorang Kristen yang menyebutkan bahwa Islam tidak menghargai ilmu pengetahuan. Asy Syahid Sayyid Quthb menulis bukunya yang paling fenomenal, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an ketika sedang berada di dalam penjara. Harun Yahya telah menulis lebih dari dua ratus judul buku, sebagai tanggapan terhadap penyimpangan moral yang terjadi di negaranya dan di dunia pada umumnya. Prof. Musthafa Al-A’zami menulis sejumlah buku yang meruntuhkan pemikiran sesat para orientalis. Bahkan hanya dengan satu buku saja, beliau mampu meruntuhkan teori Schacht dan Goldziher yang sebelumnya mampu bertahan bertahun-tahun lamanya dan dianggap sebagai teori ilmiah. Para ulama-ulama itu begitu luar biasa dalam menulis. Sehingga mulut ini tidak berhenti berdecak kagum atasnya.

Kita harus meyakini bahwa pemikiran para penyerang Islam itu sangat lemah dari segi manapun. Seperti halnya jaring laba-laba yang sangat mudah kita koyak-koyak. Sehingga dengan kebenaran, keimanan dan ilmu yang kita miliki, kita dapat dengan mudah mematahkan argumentasi mereka. Intanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum.

Setidaknya kita dapat memulainya dari yang terkecil dan tersederhana sesuai dengan kemampuan kita. Setidaknya kita telah berbuat dengan berdakwah lewat pena (da'wah bil qalam). Mulailah mengirimkan tanggapan-tanggapan kita ke rubrik suara pembaca yang terdapat hampir di setiap koran dan majalah. Bagaimana jadinya jika ada seribu muslim dari dua ratus juta muslim menanggapi sebuah tulisan atau berita yang menyimpang dari kebenaran yang sesungguhnya? Si penulis buta itu pasti akan bungkam seribu bahasa, tidak menyangka akan mendapat “serbuan” seperti itu. Mari, jangan tunda-tunda lagi. Sudah saatnya pena-pena Islam bicara!

Wanita Berbusana Tertutup, aman dari sinar Ultraviolet C

Satu lagi manfaat wanita yang mengenakan busana tertutup. Menurut dokter spesialis kulit, dr Dewi Inong, SpKK, pemakaian baju panjang yang menutup seluruh bagian tubuh, disertai penggunaan tabir surya setiap 2 jam sekali bisa mencegah radiasi sinar ultraviolet C.

Kesimpulan tersebut, kata Dewi di sela talk show Ummi Award, akhir pekan lalu, adalah hasil riset yang dilakukan para dokter kulit di Australia baru-baru ini. Di sana, insiden kanker kulit cukup banyak terjadi. Uniknya, mayorotas penderita kanker di negeri Kanguru ini adalah wanita.

Mangapa wanita? Menurut Dewi, karena struktur jaringan kulit wanita cenderung lebih tipis ketimbang pria. Kemudian kulit wanita memiliki jumlah pigmen lebih sedikit.

Ini sebuah temuan baru yang cukup mencengangkan dunia kedokteran, khususnya di bidang kesehatan kulit. Karenanya, informasi ini penting bagi masyarakat kita juga, jelasnya. Kebetulan, kata Dewi, anjuran berbasis riset terkini itu sangat relevan dengan kesadaran memakai busana muslim di negara-negara tropis yang jumlah penduduk muslimnya banyak seperti Indonesia.

Selama ini ultraviolet C tak banyak diperhitungkan dampaknya oleh penduduk dunia, karean jumlah radiasinya sedikit. Masyarakat hanya mengenal adanya dua jenis ultraviolet yang jumlah radiasinya lebih besar, yaitu A dan B.

Namun, karena pemakaian freon serta bahan aditif gas lainnya yang semakin merusak lapisan ozon menyebabkan kebocoran atmosfer bumi semakin parah. Akibatnya sinar ultraviolet C bisa masuk dan menerpa bumi.

Angka kejadian kasus penderita kanker kulit dari tahun ke tahun di Australia terus meningkat. Meski tidak menyebutkan angka pasti perubahannya, selama dua tahun terakhir departemen kesehatan Australia mencatat angka prevalensi kanker kulit menjadi 1.000 kasus per 10 ribu penduduk. Itu artinya, peluang untuk terkena kanker kulit di daerah tropis lainnya seperti Indonesia dengan pajanan sinar matahari sangat cukup menjadi sama besarnya dengan Australia.

Ternyata dunia medis bisa membuktikan salah satu manfaat dari anjuran Islam yang sudah ada dari dulu. Dunia medis baru membuktikannya sekarang, jelas Dewi lagi.

Pemakaian busana muslimah dengan jenis kain katun terbukti lebih baik melindungi tubuh dari pajanan sinar matahari. Karenanya, dosen FKUI ini menyarankan agar pakaian yang dikenakan kaum wanita kala terpajan sinar matahari sebaiknya berbahan katun. Terhadap organ yang masih terbuka seperti telapak tangan dan wajah, ia menyarankan pemakaian sun proteck untuk melindungi dari pajanan radiasi sinar matahari.

Selain itu, ia juga menyarankan agar para ibu tidak menjerang tubuh bayi di bawah sinar matahari di atas pukul 09.00 pagi atau kurang dari pukul 16.00 sore. Pasalnya, tubuh bayi sangat rentan terhadap sinar ultraviolet C. Itu artinya, jika ingin menjerang bayi untuk mendapatkan sinar ultraviolet yang aman sebaiknya dilakukan sebelum jam 09.00 pagi dan setelah pukul 16.00 sore.

Kisah Ummu Ibrahim al-Hasyimiyah

Dikisahkan di Bashrah terdapat wanita-wanita ahli ibadah, di antaranya adalah Ummu Ibrahim al-Hasyimiyah. Ketika musuh Islam menyusup ke kantong-kantong perbatasan wilayah Islam, maka orang-orang tergerak untuk berjihad di jalan Allah.
‘Abdul Wahid bin Zaid al Bashri berdiri di tengah orang-orang sambil berkhutbah untuk menganjurkan mereka berjihad. Sedangkan saat itu Ummu Ibrahim turut menghadiri majelis ini. ‘Abdul Wahid terus berkhutbah, sampailah pembicaraannya menerangkan tentang bidadari. Bidadari merupakan imbalan bagi sebagian penghuni surga, akibat amalannya diterima oleh Allah, amalan tersebut antara lain adalah jihad.
‘Abdul Wahid menyebutkan pernyataaan-pernyataan tentang bidadari, kemudian dia bersenandung menyifati bidadari ini.
Gadis yang berjalan tenang dan berwibawa
Orang yang menyifatkan memperoleh apa yang diungkapkannya
Dia diciptakan dari segala sesuatu yang baik nan harum
Segala sifat jahat telah dienyahkan
Allah menghiasinya dengan wajah
yang berhimpun padanya sifat-sifat kecantikan yang luar biasa
Matanya bercelak demikian menggoda
Pipinya mencipratkan aroma kesturi
Lemah gemulai berjalan di atas jalannya
Seindah-indah yang dimiliki dan kegembiraan yang berbinar-binar
Apakah kau melihat peminangnya mendengarkannya
Ketika mengelilingkan piala dan bejana
Di taman yang elok yang kita dengar suaranya
Setiap kali angin menerpa tangan itu, bau harumnya menyebar
Dia memanggilnya dengan cinta yang jujur
Hatinya terisi dengannya hingga melimpah
Wahai kekasih aku tidak menginginkan selainnya
Dengan cincin tunangan sebagai pembukanya
Janganlah kau seperti orang yang bersungguh-sungguh ke puncak hajatnya
Kemudian setelah itu ia meninggalkannya
Tidak, orang yang lalai tidak akan bisa meminang wanita sepertiku
Yang meminang wanita sepertiku hanyalah orang yang merengek-rengek
Maka sebagian orang bergerak pada sebagian yang lainnya, dan majelis itupun menjadi ramai dan gaduh. Kemudian Ummu Ibrahim yang mengikuti khutbah ‘Abdul Wahid ini menyeruak dari tengah orang-orang seraya berkata kepada ‘Abdul Wahid,
“Wahai Abu ‘Ubaid, bukankah engkau tahu anakku Ibrahim. Para pemuka Bashrah meminangnya untuk puteri-puteri mereka, tetapi aku memukul anakku ini di hadapan mereka. Demi Allah, gadis (bidadari) ini mencengangkanku dan aku meridhainya menjadi pengantin untuk puteraku. Ulangi lagi apa yang engkau sebutkan tentang kecantikannya.”
Mendengar hal itu ‘Abdul Wahid kembali menyifatkan bidadari, kemudian bersenandung:
Wajahnya mengeluarkan cahaya yang kembali mengeluarkan cahaya
Sendau guraunya seharum parfum dari parfum murni
Jika menginjakkan sandalnya di atas pasir yang sangat gersang
niscaya seluruh penjuru menjadi hijau, dengan tanpa hujan
Tali yang mengikat pinggangnya
Seperti ranting pohon Raihan yang berdaun hijau
Seandainya meludahkan air liurnya dilautan
Niscaya umat manusia merasakan segarnya meminum air lautan
Orang-orangpun menjadi semakin ramai, lalu Ummu Ibrahim maju seraya berkata kepada ‘Abdul Wahid,
“Wahai Abu Ubaid, demi Allah, gadis ini mencengangkanku dan aku meridhainya sebagai pengantin bagi puteraku. Apakah engkau sudi menikahkan puteraku dengan gadis tersebut saat ini juga?, Ambilllah maharnya dariku sebanyak 10.000 dinar, serta bawalah putraku keluar bersamamu menuju peperangan itu. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan syahadah (mati syahid) kepadanya, sehingga dia akan memberi syafa’at untukku dan untuk ayahnya pada hari Kiamat.”
‘Abdul Wahidpun menjawab, “Jika engkau melakukannya, niscaya engkau dan anakmu akan mendapatkan keberuntungan yang besar.”
Kemudian Ummu Ibrahim memanggil puteranya, “Wahai Ibrahim!”
Ibrahimpun bergegas maju dari tengah orang-orang seraya mengatakan, “Aku penuhi panggilanmu, wahai ibu.”
Ummu Ibrahim berkata, “Wahai puteraku! Apakah engkau ridha dengan gadis (bidadari) ini sebagai isteri, dengan syarat engkau mengorbankan dirimu di jalan Allah dan tidak kembali dalam dosa-dosa?”
Pemuda ini menjawab, “Ya, demi Allah wahai ibu, aku sangat ridha.”
Ummu Ibrahim berkata, “Ya Allah, aku menjadikan-Mu sebagai saksi bahwa aku telah menikahkan anakku ini dengan gadis ini dengan pengorbanannya di jalan-Mu dan tidak kembali dalam dosa. Maka, terimalah dariku, wahai sebaik-baik Penyayang.”
Kemudian ibu ini pergi, lalu datang kembali dengan membawa 10.000 dinar seraya mengatakan, “Wahai Abu ‘Ubaid, ini adalah mahar gadis itu. Bersiaplah dengan mahar ini. “
Abu Ubaidpun menyiapkan para pejuang di jalan Allah.
Sang ibu kemudian pergi membelikan kuda yang baik untuk puteranya dan menyiapkan senjata untuknya.
Kemudian berangkatlah rombongan ‘Abdul Wahid yang didalamnya terdapat Ibrahim, ke medan perang. Bersamaan dengannya dibacakanlah QS. At-Taubah:111 yang artinya,
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka …
Ketika sang ibu hendak berpisah dengan puteranya, maka ia menyerahkan kain kafan dan wangi-wangian kepadanya seraya mengatakan kepadanya, “Wahai anakku, jika engkau hendak bertemu dengan musuh, maka pakailah kain kafan ini dan gunakanlah wangi-wangian ini. Janganlah Allah melihatmu dalam keadaan lemah di jalan-Nya.” Kemudian ia memeluk puteranya dan mencium keningnya seraya mengatakan, “wahai anakku, Allah tidak mengumpulkan antara aku denganmu kecuali di hadapan-Nya pada hari Kiamat.”
Selanjutnya marilah kita baca penuturan ‘Abdul Wahid
‘Abdul Wahid berkata, “Ketika kami sampai diperbatasan musuh, kemudian terompet pun ditiup, dan mulailah terjadi perang. Saat itu Ibrahim berperang di barisan terdepan. Ia membunuh musuh dalam jumlah yang besar, sampai musuh mengepungnya, kemudian membunuhnya.”
‘Abdul Wahid berkata, “Ketika kami hendak kembali ke Bashrah, aku berkata kepada Sahabat-Sahabatku,
‘Jangan kalian menceritakan kepada Ummu Ibrahim tentang berita yang menimpa puteranya sampai aku mengabarkan kepadanya dengan sebaik-baik hiburan. Sehingga ia tidak bersedih dan pahalanya tidak hilang.’
Ketika kami sampai di Bashrah, orang-orangpun keluar untuk menyambut kami, dan Ummu Ibrahim pun berada diantara mereka.”
‘Abdul Wahid berkata: “Ketika dia memandangku, ia bertanya, ‘Wahai Abu Ubaid, apakah hadiah dariku diterima sehingga aku diberi ucapan selamat, atau ditolak sehingga aku diberi belasungkawa?’
Akupun menjawab, ‘Hadiahmu telah diterima. Sesungguhnya Ibrahim hidup bersama orang-orang yang hidupdalam keadaan diberi rizki (insyaa Allah)’.
Maka ibu inipun tersungkur dalam keadaan bersujud kepada Allah karena bersyukur, dan mengatakan, ‘Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakanku dan menerima ibadah dariku.’ Kemudian ia pergi.
Keesokan harinya, Ummu Ibrahim datang ke masjid yang didalamnya terdapat ‘Abdul Wahid lalu dia berseru, ‘Assalaamu’alaikum wahai Abu ‘Ubaid, ada kabar gembira untukmu’. Selanjutnya dia berkata,
‘Tadi malam aku bermimpi melihat puteraku, Ibrahim, di sebuah taman yang indah. Di atasnya terdapat kubah hijau, sedangkan dia berada di atas ranjang yang terbuat dari mutiara, dan kepalanya memakai mahkota. Ibrahim berkata,
“Wahai ibu, bergembiralah. Sebab maharnya telah diterima dan aku bersanding dengan pengantin wanita.’”
Demikianlah salah satu kisah ibu-ibu umat Islam terdahulu. Yang dia menyebabkan bangsa Arab dan umat Islam dahulu, menjadi bangsa yang kuat. Umat Islam dahulu menjadi umat yang mempunyai kewibawaan yang besar diantara umat-umat yang lain. Salah satunya adalah upaya dari ibu-ibu dengan menyiapkan anak-anaknya sebagai prajurit pembela Islam.
Marilah para ibu, maupun calon ibu untuk mencontoh segala yang dilakukan oleh ibu-ibu umat Islam ini jaman terdahulu, yang selalu membantu suami dan anaknya dalam rangka mentaati Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dengannya semoga kejayaan dan kewibawaan umat Islam mampu kembali.
Sumber: Isyratun Nisaa’ minal alif ilal yaa’
(kisahislam.com)

Instrument...