Jalin Ukhuwah

waKTu sHoLat
Cermin Diri
Dalam riwayat Asakir dari al-Ashma’y disebutkan bahwa Abu Bakar jika dipuji beliau berdo’a “Ya Allah Engkau lebih tahu tentang diriku dan saya lebih tahu dari mereka. Ya Allah berikan kebaikan padaku dari apa yang mereka sangkakan. Ampunilah aku dari apa yang mereka tidak tahu dan jangan azab aku dari apa yang mereka katakan.”
=================================================
Saat kita menanam padi, rumput pun ikut tumbuh. TAPI..saat kita menanam rumput, tidak pernah tumbuh padi. Dalam melakukan kebaikan, kadang-kadang hal yang buruk turut menyertai. Namun, saat melakukan keburukan, tidak ada kebaikan bersamanya. Jangan bosan untuk berbuat baik, meski kadang tidak sempurna. Manusia menjadi sempurna justru karena memiliki Kekurangan disamping kelebihannya & Kelemahan selain kekuatannya…
thiNk aBout...
Menyendiri lebih baik dari pada berkawan dengan yang buruk & teman bergaul yang saleh lebih baik dari pada menyendiri. Berbincang2 yg baik lebih baik dari pada berdiam & berdiam adalah lebih baik dari pada berbicara (mengobrol) yang buruk (HR. Al- Hakim)
===================================================
Sebaik-baik sahabatmu ialah yang selalu memperhatikan kepentinganmu, bukan karena suatu kepentingan yang diharapkan daripadamu untuk dirinya (Al Hikam)
Jumat, 24 Desember 2010
Surga di Telapak Kaki Ibu
Alkisah, seorang pemuda sedang melamar pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Dia sudah berhasil lolos di tes-tes pendahuluan. Dan kini tiba saatnya dia harus menghadap kepada pimpinan untuk wawancara akhir.
Setelah melihat hasil tes dan penampilan si pemuda, sang pemimpin bertanya, "Anak muda, apa cita-citamu?"
"Cita-cita saya, suatu hari nanti bisa duduk di bangku Bapak," jawab si pemuda.
"Kamu tentu tahu, untuk bisa duduk di bangku ini, tidak mudah. Perlu kerja keras dan waktu yang tidak sebentar. Betul kan?" Si pemuda menganggukkan kepala tanda setuju.
"Apa pekerjaan orangtuamu?" lanjutnya bertanya.
"Ayah saya telah meninggal saat saya masih kecil. Ibulah yang bekerja menghidupi kami dan menyekolahkan saya."
"Apakah kamu tahu tanggal lahir ibumu?" kembali sang pimpinan bertanya.
"Di keluarga kami tidak ada tradisi merayakan pesta ulang tahun sehingga saya juga tidak tahu kapan ibu saya berulang tahun."
"Baiklah anak muda, bapak belum memutuskan kamu diterima atau tidak bekerja di sini. Tetapi ada satu permintaan bapak! Saat di rumah nanti, lakukan sebuah pekerjaan kecil yaitu cucilah kaki ibumu dan besok datanglah kemari lagi."
Walaupun tidak mengerti maksud dan tujuan permintaan tersebut, demi permintaaan yang tidak biasa itu, dia ingin mencoba melakukannya.
Setelah senja tiba, si pemuda membimbing ibunya duduk dan berkata, "Ibu nampak lelah, duduklah Bu, saya akan cuci kaki ibu."
Sambil menatap takjub putranya, si ibu menganggukkan kepala. "Anakku, rupanya sekarang engkau telah dewasa dan mulai mengerti."
Si pemuda pun mengambil ember berisi air hangat, kemudian sepasang kaki ibunda yang tampak rapuh, berkeriput, dan terasa kasar di telapak tangannya itu mulai direndam sambil diusap-usap dan dipijat perlahan. Diam-diam airmatanya mengalir perlahan.
"Ibu, terima kasih. Berkat kaki inilah ananda bisa menjadi seperti hari ini."
Mereka pun saling berpelukan dengan penuh kasih dan kelegaan.
Dan keesokan harinya, sang pemimpin berkata, "Coba ceritakan, bagaimana perasaanmu saat kamu mencuci kaki ibumu."
"Saat mencuci kaki ibu saya, saya mengerti dan menyadari akan kasih ibu yang rela berkorban demi anaknya. Melalui kaki ibu saya, saya tahu, bahwa saya harus bekerja dengan sungguh-sungguh demi membaktikan diri kepada ibu saya."
Mendengar jawaban si pemuda, akhirnya sang pemimpin menerima dia bekerja di perusahaan itu. Karena sang pemimpin yakin, seseorang yang tahu bersyukur dan tahu membalas budi kebaikan orangtuanya, dia adalah orang yang mempunyai cinta kasih. Dan orang yang seperti itu pasti akan bekerja dengan serius dan sukses.
Netter yang Luar Biasa!
Pepatah "surga di telapak kaki ibu" sungguh mengandung makna yang sangat dalam. Memang kasih ibu tiada tara. Saya yakin! Jika kita mendapatkanrestu, apa lagi didukung oleh doa ibunda, tentu semua itu merupakan dukungan yang mengandung kekuatan luar biasa, yang memungkinkan apapun yang kita lakukan akan mendatangkan hasil yanglebih baik.
Mari, selagi orangtua kita masih hidup: beri perhatian, layani mereka dan cintai mereka dengan setulus hati.
Salam sukses, Luar Biasa!
Rabu, 22 Desember 2010
Kisah Anak Buta
Dia memegang sebuah papan yang bertuliskan: "Aku buta, tolong aku."
Saat itu hanya ada beberapa koin saja di dalam topinya.
Seorang pria melintas di depannya. Dia mengambil beberapa koin dalam kantongnya dan menaruhnya ke dalam topi anak tersebut .
Pria itu kemudian mengambil papan pada anak kecil itu, membalikkan papan itu dan menulis beberapa kata, menaruhnya kembali dan berjalan meninggalkan anak kecil tersebut. Segera topi itu terisi dan semakin penuh. Begitu banyak orang memberikan uang kepada anak kecil yang buta itu.
Pada sore harinya pria yang mengganti tulisan di papan melintas kembali untuk melihat perubahan apa yang terjadi.
Anak kecil itu mengenali suara langkah kakinya dan bertanya, "Apakah kamu yang mengganti tulisan pada papanku pagi hari ini? Apa yang kamu tulis?"
Pria tersebut menjawab, "Aku menulis yang sebenarnya. Aku menulis apa yang kamu tulis hanya dengan cara yang berbeda."
Aku menulis, "Hari ini adalah hari yang indah, hanya saja aku tidak bisa melihatnya."
Kedua kalimat tersebut memberi arti yang sama bahwa anak kecil itu tidak bisa melihat (buta).
Kalimat pertama memberitahukan secara langsung bahwa anak kecil tersebut buta, sedangkan kalimat kedua mberitahukan bahwa orang lain sungguh beruntung bahwa mereka tidak buta.
Yang bisa kita petik dari cerita ini adalah :
- Bersyukurlah atas apa yg kita miliki.
- Jadilah kreatif.
- Jadilah inovatif
- Berpikirlah dengan cara yang berbeda dan positif.
- Ketika hidup memberi kita 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa hidup juga memberi kita 1000 alasan untuk tersenyum.
- Hadapilah masa lalu tanpa kecewa.
- Hadapi masa depan dengan percaya diri.
- Siapkan masa depan tanpa ketakutan.
- Pertahankan iman & jauhkan rasa takut.
Hal yang paling indah adalah membuat orang lain tersenyum maka TERSENYUMLAH agar orang lain pun ikut tersenyum bersama kita..
share dari sahabat TULIS TULIS UNTUK BELAJAR
Selasa, 21 Desember 2010
Fakta Kelakuan Anak terhadap Orang Tua & Fakta yang TIDAK diketahui Anak
1. Anak selalu berfikir orang tuanya pilih kasih terhadap saudaranya
2. Anak selalu merasa terkekang oleh orang tuanya
3. Anak selalu merasa lebih pintar dan membantah nasihat orang tuanya
4. Anak selalu merasa bahwa dirinya tidak di sayang
5. Anak selalu memperhitungkan segala sesuatu yang telah ia lakukan untuk orang tuanya
6. Anak selalu membingungkan harta warisan
7. Anak selalu menganggap remeh sesuatu pekerjaan yang telah diberikan
8. Anak selalu membentak orang tuanya saat berbicara
8 Fakta yang tidak diketahui oleh anak :
1. Anak tidak mengerti jika dibalik sepengetahuannya orang tuanya selalu memuji anak di depan saudaranya
2. Anak tidak mengerti bahwa semua yang di lakukan orang tuanya hanya untuk kebaikan masa depan anak
3. Anak tidak mengerti bahwa orang tuanya telah menjalani kehidupan yang lebih keras dibanding anak
4. Anak tidak mengerti bahwa di setiap doa dan harapan orang tua nama anak selaku di ingat
5. Orang tua tidak pernah memberitahukan mengenai pengorbanannya selama melahirkan anda
6. Orang tua telah mempersiapkan harta warisan untuk anaknya, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyerahkan
7. Orang tua tidak rela melihat anaknya hidup bersusah – susah di tempat orang lain.
8. Anak tidak mengerti setiap kali ia membentak, hati orang tua akan bergetar dan menyebabkan umurnya lebih pendek
Jika anda telah memahami dan merasa bersalah kepada orang tua anda. Segera..!!! Hampiri orang tua anda, peluk mereka, bisikkan kata MAAF di telinga mereka, dan berjanjilah tidak melakukannya lagi. Sebelum semuanya terlambat dan orang tua anda meninggalkan anda…!!!
Jika anda telah membaca pesan ini. Lanjutkan’lah kepada seluruh teman anda, biarkan berita ini dapat di ketahui banyak orang dan membuat anak tersadar akan perbuatannya terhadap orang tua mereka.
Sharing dari temen maya...
Selasa, 30 November 2010
Humor Sufi – Abu Nawas *Merayu Tuhan*
Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama. Orang itu pertama mulai bertanya,
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa2 besar atau orang yang mengerjakan dosa2 kecil?”
“Orang yang mengerjakan dosa2 kecil.”jawab Abu Nawas.
“Mengapa ?” kata orang pertama.
“Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan.” kata Abu Nawas.
Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.
Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama. Red s/d diatas.
“Orang yang tidak mengerjakan keduanya”. Jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” kata orang kedua.
“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan”. kata Abu Nawas.
Orang kedua langsung bisa mencerna dan memahami jawaban Abu Nawas tersebut.
Orang ketiga pun bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti diatas. Abu Nawas lalu menjawab; “Orang yang mengerjakan dosa2 besar”.
“Mengapa?” kata orang ketiga.
“Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu”. jawab Abu Nawas.
Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.
“Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?”.
“Manusia itu dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati”.
“Apakah tingkatan mata itu?” tanya murid Abu Nawas. “Anak kecil yang melihat bintang dilangit, ia mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata”.
“Apakah tingkatan otak?” tanya murid Abu Nawas.
“Orang pandai yang melihat bintang, ia mengatakan bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan.” jawab Abu Nawas.
“Lalu apakah tingkatan hati itu?” tanya murid Abu Nawas.
“Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. Ia tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar, melainkan dengan ke Maha Besaran Allah.”
kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban Yang berbeda. Ia bertanya lagi.
“Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?”
“Mungkin?” jawab Abu Nawas.
“Bagaimana caranya?” tanya murid Abu Nawas ingin tahu.
“Dengan merayuNya melalui pujian dan doa.” kata Abu Nawas.
“Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru.” pinta murid Abu Nawas.
“Doa itu adalah:
Ilahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa ‘alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil ‘azhimi.
Artinya :
“Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.”
***
Sumber
Selasa, 21 September 2010
CINTA SEJATI SEORANG IBU TERHADAP ANAK-ANAKNYA
Rabu, 15 September 2010
Puncak Ukhuwah
IKHWAN AKHWAT BLACKLIST !!!
dan http://mujahidcool.multiply.com
Selasa, 14 September 2010
KISAH PEMUDA BERIBU-BAPAKAN BABI
Jumat, 27 Agustus 2010
KELEMBUTAN ITU….
Kelembutan Rasulullah itu…begitu menawan
Kelembutan itu…menghantarkan mereka mencapai kebesaran….
Kelembutan itu...menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga
Kelembutan itu…membuahkan kedekatan dengan siapa saja
Kelembutan itu…menghadirkan kekaguman masyarakat
Kelembutan itu…mampu meraba dan menjaga persaan orang lain
Kelembutan itu…mampu menyadarkan orang yang tidak paham ilmu
Kelembutan itu…membawa rakyat merasakan kenyamanan hidup
Kelembutan itu…menyadarkan orang yang salah dan melanggar
Kelembutan itu…meredakan orang yang sedang digelayuti amarah
Kelembutan itu…membuka pintu hidayah
Kelembutan itu…juga diberikan kepada orang yang mengalami gangguan jiwa
Kelembutan itu…hingga kepada binatang
Kelembutan itu…bahkan merayapi pepohonan dan tumbuhan
Kamis, 26 Agustus 2010
Jalan Cinta Para Pejuang
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi
Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.
mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karuniaNya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit ditepis..
BUKU BAGUS PATUT DIBACA DAN DIRESAPI UNTUK MENCARI CINTA SEJATI
Jalan cinta para pejuang adalah jalan bagi para pejuang cinta yang dengan
cintanya ia menyusun rencana untuk memberi. Pejuang cinta sejati akan
menjadi majikan cinta bukan budak cinta.
Keledai Membaca
Senin, 16 Agustus 2010
Kader; Kunci Kemenangan Dakwah
Senin, 02 Agustus 2010
sayang ato apa ya sikap seperti ini...???
Da pawai Ramadhan di masjid daerah rumahku. Alhamdulillah pesertanya banyak dan pastinya heboh karena mereka dari TK dan TPA. Lucu lihat tingkah mereka, banyak cara mereka untuk merebut perhatian orang tua dan guru mereka. Tak lepas pula aku menjadi panitia dibuat pusing untuk memberi dan mendengarkan permintaan mereka.
Kebetulan aku bantu-bantu ketika lomba mewarnai. Agak menyebalkan ketika memberi tau kepada para ibu dan guru untuk membiarkan para anak-anak berusaha sendiri. Ada aja alasan para pendamping untuk menghampiri para peserta. Padahal secara gak langsung mereka membuat para anak tidak bisa mengekspresikan diri mereka dan buat mereka ga PeDe dengan hasil kerja mereka.
Saling BerJanji
Hampir di setiap wilayah kehidupan kita mendapati adanya dua sejoli memadu kasih dan saling mengikat diri dengan janji-janji. Bahkan terkadang hal yang sama meski tidak terlalu vulgar, terjadi juga pada para aktifis dakwah. Barangkali karena frekuensi pertemuan di antara mereka yang lumayan sering, sehingga menimbulkan jenis perasaan tertentu yang sulit digambarkan.
Barangkali kondisi ini agak dilematis. Sebab di satu sisi mereka paham bahwa hubungan antara pria dan wanita itu terbatas, namun di sisi lain di dalam jiwa mereka yang masih muda ada perasaan yang mendorong untuk tertarik dengan sesama rekan aktifisnya yang lain jenis. Interaksi yang intensif dan tuntutan dinamika pergerakan terkadang ikut menyuburkan perasaan-perasaan `aneh` itu.
Maka istilah CBSA terdengar dengan singkatan Cinta Bersemi Setelah Aksi. Hubungan yang awalnya agak kaku, tertutup, terhijab mulai mencair dan terasa lebih melegakan. Namun terkadang ada kasus dimana keterbukaan itu tidak hanya berhenti sampai disitu, lebih jauh sampai kepada hal-hal yang lebih pribadi dan ujung-ujungnya adalah sebuah janji untuk nantinya menikah.
Bagaimanakah syairat Islam memandang fenomena ini, khususnya janji antara dua sejoli untuk menikah? Adakah landasan syar`inya? Bisakah hal itu dibenarkan?
I. Hukum Berjanji
Berjanji itu harus ditepati dan melanggar janji berarti berdosa. Bukan sekedar berdosa kepada orang yang kita janjikan tetapi juga kepada Allah. Dasar dari wajibnya kita menunaikan janji yang telah kita berikan antara lain adalah :
Perintah Allah SWT dalam Al-Qurân Al-Karim
Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap muslim untuk melaksanakan janji-janji yang pernah diucapkan.
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu . Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS. An-Nahl : 91)
Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan karena kamu menghalangi dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar. (An-Nal : 94)
Menunaikan Janji Adalah Ciri Orang Beriman
Allah menyebutkan dalam surat Al-Mu`minun tentang ciri-ciri orang beriman. Salah satunya yang paling utama adalah mereka yang memelihara amanat dan janji yang pernah diucapkannya.
Telah Beruntunglah orang-orang beriman, yaitu yang .. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya. (QS. Al-Mu`minun : 1-6).
Ingkar Janji Adalah Perbuatan Syetan
Ingkar janji itu merupakan sifat dan perbuatan syetan. Dan mereka menggunakan janji itu dalam rangka mengelabuhi manusia dan menarik mereka ke dalam kesesatan. Dengan menjual janji itu, maka syetan telah berhasil menangguk keuntungan yang sangat besar. Karena alih-alih melaksanakan janjinya, syetan justru akan merasakan kenikmatan manakala manusia berhasil termakan janji-janji kosongnya itu.
Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.(QS. An-Nisa : 120)
Ingkar Janji Adalah Sifat Bani Israil
Ingkar janji juga perintah Allah kepada Bani Israil, namun sayangnya perintah itu dilanggarnya dan mereka dikenal sebagai umat yang terbiasa ingkar janji. Hal itu diabadikan di dalam Al-Quran Al-Kariem.
Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku , niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut. (QS. Al-Baqarah : 40)
2. Janji Yang Mungkar
Namun janji itu hanya wajib ditunaikan manakala berbentuk sesuatu yang hala dan makruf. Sebaliknya bila janji itu adalah sesuatu yang mungkar, haram, maksiat atau hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan syariat Islam, maka janji itu adalah janji yang batil. Hukumnya menjadi haram untuk dilaksanakan.
Misalnya seseorang berjanji untuk berzina, minum khamar, mencuri, membunuh atau melakukan kemaksiatan lainnya, maka janji itu adalah janji yang mungkar. Haram hukumnya bagi seorang muslim untuk melaksanakan janjinya itu. Meski pun ketika berjanji, dia mengucapkan nama Allah SWT atau sampai bersumpah. Sebab janji untuk melakukan kemungkaran itu hukumnya batal dengan sendirinya.
Dalam kasus tertentu, bila seseorang dipaksa untuk berjanji melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat Islam, tidak ada kewajiban sama sekali baginya untuk menunaikannya. Misalnya, seorang prajurit muslim dan disiksa oleh lawan. Lalu sebagai syarat pembebasan hukumannya, dia dipaksa berjanji untuk tidak shalat atau mengerjakan perintah agama. Maka bila siksaan itu terasa berat baginya, dia diberi keringanan untuk menyatakan janji itu, namun begitu lepas dari musuh, dia sama sekali tidak punya kewajiban untuk melaksanakan janjinya itu. Sebab janji itu dengan sendirinya sudah gugur.
Dalam kasus Amar bin Yasir, hal yang sama juga terjadi dan Allah SWT memberikan keringanan kepadanya untuk melakukannya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman, kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman, akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS. An-Nahl : 106)
II. Janjian Untuk Menikah
Janji yang diucapkan oleh laki-laki yang bukan mahram dan bukan dalam status mengkhitbah itu tidak mengikat buat seorang wanita untuk menikah dengan orang lain atau menerima khitbah dari orang lain. Karena itu baru sekedar janji dan bukan khitbah.
Jadi di tengah jalan, wanita itu sha-sah saja bila menikah dengan orang lain dengan atau tanpa alasan apapun. Kecuali bila anda telah mengkhitbahnya/melamarnya secara syar`i. Karena khitbah memiliki kekuatan hukum yang mengikat calon pengantin wanita.
Sebenarnya dalam Islam tidak dikenal janji seperti itu karena memang tidak memiliki kekuatan hukum. Jadi tidak ubahnya seperti pacaran dan janji-janji sepasang kekasih yang kedudukannya tidak jelas. Janji untuk menikahi yang dikenal dalam Islam adalah khitbah itu sendiri. Ini adalah sejenis ikatan meski belum sampai kepada pernikahan. Begitu menerima dan menyetujui suatu khitbah dari seorang laki-laki, maka wanita itu tidak boleh menerima lamaran orang lain. Meski belum halal, tetapi paling tidak sudah berbentuk semi ikatan. Orang lain tidak boleh mengajukan lamaran pada wanita yang sedang dalam lamaran.
Menurut hemat kami, bila memang masih jauh untuk siap menikah, sebaiknya anda tidak usah terlalu memberi perhatian dalam masalah hubungan dengan wanita terlebih dahulu. Apapaun bentuknya. Dan tidak perlu membentuk hubungan khusus dengan siapa pun. Nanti pada saatnya anda siap berumah-tangga, maka silahkan ajukan lamaran kepada wanita yang menurut anda paling anda sukai. Jadi lebih real dan lebih pasti.
Dan ketahuilah bahwa para wanita umumnya lebih suka pada sesuatu yang pasti ketimbang digantung-gantung tidak karuan. Atau diberi janji-janji yang tidak jelas apa memang mungkin terlaksana atau hanya gombalisme belaka.
Minggu, 01 Agustus 2010
Rahasia Jadi perempuan, Okhe loh...
Allah meletakkan tugas yang begitu mulia di atas pundak seorang wanita. Bukankah selain nabi Adam AS dan Siti Hawa, semua manusia di dunia lahir melalui perut seorang wanita? Wanita itu punya ciri khas. Dia memiliki rahim, tempat penyimpanan bakal manusia sebelum lahir ke muka bumi. 'Kemudian kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim).' (QS. 77 : 21).
Rahim mempunyai fungsi penting ketika seorang gadis akil baligh. Tiap bulan ia akan mengalami peristiwa 'pendarahan' yang ditandai dengan rasa nyeri fisik dan gangguan psikis (kejiwaan) juga. 'Sesungguhnya darah haid itu darah hitam yang terkenal. Maka apabila ada begitu, berhentilah dari shalat; tetapi jika ada yang lain berwudhulah dan shalatlah.' (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
Menstruasi pertama merupakan pintu masuk seorang gadis menuju kedewasaan. Saat itu ia menjadi mukalaf (memikul tanggung jawab secara syar’i menjadi wanita dewasa).
Keunikan rahim makin mempesona ketika hamil. Ia mirip dengan balon. Jika enggak hamil ukurannya cuma sebesar buah alpukat, tapi jika hamil, bisa menggelembung melebihi buah semangka. Serunya lagi, dalam keadaan tidak hamil, rahim hampir tidak dapat menampung satu sendok air. Tapi ketika hamil usia 9 bulan, daya tampung uterus mirip container ekspor. Saat itu, rahim menyimpan 4 kilogram bayi, setengah kilogram ari-ari dan sekitar 1,8 liter cairan amniotik. Subhanaallah pada tahap ini seorang wanita mengalami kelemahan diatas kelemahan. (QS 31 : 14; 46 : 15).
Adapun beberapa rahasia yang perlu dimiliki wanita biar oke punya en nggak rugi dunia akhirat :
1. 'Hai Maryam, taatlah kepada Rabb-mu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku.' (QS. Ali Imran : 43).
Sungguh merugilah wanita yang proses menstruasi dan kehamilannya tak mampu mengambil ibroh tentang kekuasaan Allah. Contoh kehamilan yang membuat seorang wanita semakin dalam taqwanya kepada Sang Pencipta. Ketika istri Imran berkata: 'Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat (di baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Ali Imran : 35).
Selain itu, ada Maryam -Ibunda nabi Isa as- yang menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh (QS. 19 : 22). Juga Ibunda Nabi Musa as yang hatinya menjadi kosong saking kalutnya melihat sang bayi terombang-ambing dalam peti dibawa arus air sungai Nil (QS. 28 : 7 & 10). Adapun keadaan mandul merupakan takdir Allah sebagaimana tercantum dalam QS Asy-Syu'ara 49-50 : "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau dia menganugrahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang Dia kehendaki) dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.'
2. '... memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara (mereka).' (QS. 4 : 34).
Banyak aturan Islam atas diri seorang wanita dalam rangka memelihara dirinya. Tunduklah dalam berbicara sehingga orang yang berpenyakit hatinya tidak akan tergoda. Janganlah keluar rumah tanpa alasan yang dibenarkan syar’i, janganlah berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyah (QS. 33 : 32 - 33), hendaklah menahan pandangan dan memelihara kemaluannya (QS. 24 : 31).
3. '... tidak akan membunuh anaknya.' (QS. 60 : 12).
Sebagai perempuan yang bisa hamil, sangat mudah baginya untuk membunuh janin yang ada dalam kandungannya. Bukankah ia tahu lebih dulu apakah dirinya hamil atau tidak? Kenyataannya di jaman sekarang, berjuta-juta bayi dibunuh dalam proses aborsi karena si Ibu tidak menghendaki kelahirannya. Untuk itu Allah mewanti-wanti kaum wanita untuk menjauhi perbuatan 'membunuh' jabang bayi atau yang sudah menjadi bayi.
4. '... tidak akan berbuat dusta yang mereka mengada-adakan antara tangan dan kaki mereka.' (QS. 60 : 12).
Sebahagian perempuan yang bisa hamil, sangat mudah baginya untuk berbuat dusta dalam hal zina. Bisa jadi suaminya si A, padahal bayi yang ada dalam kandungannya adalah hasil perbuatan zinanya dengan B. Bukankah ketika lahir nggak mudah diketahui bapak si anak yang sesungguhnya kalau ternyata si Ibu adalah wanita murahan? Dengan demikian hilanglah kejelasan nasab/pertalian darah seorang anak dengan bapaknya.
Karena statusnya sebagai istri dari seorang laki-laki dan Ibu dari anak-anak laki-laki tersebut, maka Allah memberi keistimewaan kepada kaum perempuan.
Nggak wajib cari nafkah (QS. 4 : 34 & 65 : 7).
Disediakan tempat tinggal (boleh rumah kontarakan; boleh rumah sendiri).
Dapat hadiah yang disebut mahar ketika mau dinikahi.
Kalo dicerai dapat hadiah yang disebut mut’ah (QS. 2 : 241). Kalo dicerai pas hamil, dapat nafkah sampai melahirkan sang bayi (QS. 65 : 6).
Nggak wajib perang, malah kaum lelaki berperang fiisabilillah untuk membela kaum wanita (QS. 4 : 75).
Jadi, enak dong jadi perempuan itu, cukup ongkang-ongkang kaki saja, ternyata enggak juga. Kaum wanita pun dituntut untuk bahu membahu bersama kaum lelaki menegakkan syariat Allah di muka bumi ini. Sebab, orang yang berjihad derajatnya lebih tinggi dari orang yang hanya duduk-duduk (QS. 4 : 95 -96).
Identitas Pertama dan Utama
Perintah Allah itu memang awalnya pada Nabi Ibrahim AS. Namun, itu juga tertuju pada kita ketika tertera dalam kitab suci. Kita tidak cuma diperintahkan untuk tegas mengikrarkan diri dalam penyerahan total kepada Allah.
Lebih dari itu, kita juga diperintahkan berlomba-lomba menjadi orang-orang yang pertama, ada di barisan terdepan, dalam menyatakan diri sebagai Muslim. Tentu, bukan cuma di bibir, tapi dibuktikan dalam setiap detak jantung dan detik kehidupan, di dalam aspek ibadah, akhlak, berpakaian, bertingkah laku, makanan dan minuman, berpolitik, berbisnis, dan sebagainya.
Identitas itu pula yang dipakai Rasulullah SAW dalam surat-suratnya kepada penguasa terbesar di masa beliau, Kaisar Romawi Heraklius. Dengan mengutip ayat-ayat Alquran, Rasul menyeru salah satu kaisar terbesar imperium itu kepada Islam. Bila menolak, maka, ''Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim (yang berserah diri kepada Allah).'' (QS Ali Imran, 3: 64).
Bayangkan, di hadapan kaisar, demi menghadapi negara terkuat dan terluas di dunia saat itu, seorang kepala negara seperti Rasulullah SAW tidak menyebutkan identitas atau jatidiri yang lain, misal jabatan, latar belakang, atau jumlah kekuatannya. Seolah-olah kita diajari untuk rendah hati, meski sebenarnya itu justru pengakuan kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat.
Sebab, seperti tertera dalam Sahih Muslim, sebagaimana dituturkan Abu Sufyan yang menjadi saksi pembacaan surat Nabi, bahwa kaisar sampai mengatakan, ''Bila beliau ada di hadapanku, maka akan kucuci kakinya dan bersimpuh di hadapannya,'' sebagai respons pernyataan Nabi bahwa dirinya adalah Muslim.
Itulah hati nurani seorang kaisar yang mau mengakui kehinaan dirinya karena bukan Muslim, meski jutaan rakyatnya memuliakan, bahkan bersujud padanya setiap hari. Ironisnya, kini banyak orang malu dan takut menyebut dirinya sebagai Muslim, baik itu rakyat jelata, wakil rakyat, pemimpin organisasi atau negara.
Mereka khawatir dituduh sektarian, memecah belah masyarakat, atau dikaitkan dengan teroris dan semacamnya. Mereka jengah tidak dianggap bagian masyarakat modern yang terpengaruh Barat, padahal peradaban Barat banyak merujuk peradaban Romawi dan Yunani, di mana seseorang yang paling dimuliakan di sana hingga hari ini (Heraklius) telah menyatakan kehinaan dirinya karena bukan bagian dari kaum Muslimin.
Kemusliman adalah identitas terawal, tertinggi, dan termulia. Dengan identitas itu kita dikenal dan berinteraksi. Dengan itu pula kita menyikapi segala hal. Bahkan, bagaimana kita diperlakukan ketika lahir dan meninggal dunia, akan tergantung padanya.
Berumah Tangga adalah Dakwah
Sebagai ibadah, berumah tangga merupakan sarana untuk meningkatkan dan menyempurnakan amaliah ibadah kepada Allah SWT. Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa menikah, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan separuh iman, karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang tersisa.'' (HR Thabrani).
Sedangkan sebagai dakwah, berumah tangga adalah sarana untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan takwa serta berlomba dalam memberikan contoh terbaik. Dakwah dalam konteks ini tidak hanya antara suami, istri, dan anak. Namun, juga meliputi bagaimana keluarga yang dibentuk dapat menjadi teladan bagi keluarga lainnya dan masyarakat pada umumnya.
Adalah kenyataan bahwa setiap pasangan suami-istri selalu memiliki kekurangan dan kelebihannya. Kekurangan istri atau suami adalah sarana dakwah bagi pasangan masing-masing untuk melengkapi dan menutupi kekurangan tersebut.
Alquran menjelaskan hubungan suami-istri dengan ungkapan bahasa seperti sebuah pakaian. Artinya, istri adalah pakaian suami dan suami adalah pakaian istri. Ini membawa konsekuensi keduanya harus berusaha saling menjaga dan menasihati.
Allah SWT berfirman, ''Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.'' (QS 2: 187).
Untuk menjadikan rumah tangga sebagai sarana dakwah, dari setiap pasangan diperlukan kesadaran bahwa mereka terlahir sebagai pejuang-pejuang kebenaran yang memiliki kewajiban untuk saling memberikan nasihat, mengajak pada kebaikan, dan mencegah dari berbagai kemunkaran.
Hal ini sebagaimana Allah jelaskan dalam firman-Nya, ''Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.'' (QS 3: 110).
Dalam ayat lainnya Allah SWT menegaskan, ''Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) pada yang baik, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.'' (QS 9: 71).
Pendek kata, berumah tangga harus kita jadikan sarana dakwah yang efektif. Baik suami kepada istri, istri kepada suami, orang tua kepada anak-anak, maupun antaranggota keluarga itu sendiri. Atau dengan kata lain, dakwah harus kita jadikan sebagai salah satu tujuan dalam berumah tangga. Wallahu a'lam bis-shawab.
Wisata Hati
Kanjeng Nabi secara detil menjelaskan kepada kita: "Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka jasad akan baik seluruhnya. Namun jika ia rusak, maka jasad (juga) rusak seluruhnya. Itulah 'hati'".
Hati adalah raja dalam tubuh. Ia penguasa. Perintah dan larangannya ditaati oleh seluruh prajuritnya: anggota badan. Namun, jika raja tidak pernah "dijamu" dan diberi "masukan", ia akan lemah dan tidak dapat memerintah dengan baik dan berwibawa. Kalau 'sang raja' sudah tidak berwibawa lagi, otomatis rakyatnya akan rusak.
Oleh karenanya, 'sang raja' harus selalu diajak berjalan-jalan. "Wisata Hati". Ia harus dibawa melintasi lautan hikmah. Agar ia tidak lelah dan lesu. Imam Ali ibn Abi Thalib menjelaskan: "Rehatkanlah hati itu dan carikan untuknya sentuhan hikmah. Karena ia merasa bosan, sebagaimana halnya tubuh."
Hikmah. Ya, hikmah. Ada apa dengan hikmah? Hikmah adalah "mutiara yang hilang" dari setiap Muslim. Barangsiapa yang menemukannya, ia lebih berhak untuk memungutnya kembali, demikian bunyi sebuah adagium hikmah. Saking berharganya 'hikmah' itu, Allah menyatakan: "Barangsiapa yang diberi hikmah, ia telah dikarunia kebaikan yang banyak...(Qs. Al-Baqarah [2]: 269).
Wisata hati adalah wisata yang sangat menyenangkan. Jika kita tahu arah dan area wisata itu. Jika tidak, hasilnya juga tidak akan baik. Maka, ia harus pergi ke lautan hikmah, seperti yang disebutkan Imam Ali ra. Agar ia jangan cepat bosan, lelah dan lesu. Ibarat tubuh, hati juga harus "diberi makan" dan "minum". Dengan demikian, ia akan tetap eksis dan fit.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan: "Barangsiapa yang menginginkan hati yang bersih, hendaklah ia lebih mendahulukan Tuhannya ketimbang syahwatnya. Karena hati yang 'terpaut' oleh syahwat tertutup dari Allah sesuai dengan kadar 'keterpautannya' dengan syahwat itu. Hati adalah 'wadah' Allah di atas bumi-Nya. Maka hati yang paling dicintainya adalah yang lebih 'tinggi' (kadar kesuciannya), lebih keras (kuat) dan lebih bersih. Jika hati itu diberi makan dengan 'dzikir', disiram dengan tafakkur dan dibersihkan dari cela, ia akan (mampu) melihat berbagai keajaiban dan akan diilhami oleh hikmah."
Subhanallah! Itulah daerah dan kawasan 'wisata hati'. Tidak banyak ternyata. Cukup tiga saja: dzikir, tafakkur dan bersih dari cela. Adakah yang mengatakan bahwa ketiga hal tersebut berat? Atau, ada yang mengatakan bahwa tiga kawasan itu sulit ditempuh dan dilewati? Tentu, jawabannya lebih bijak jika disimpan di dalam 'hati' masing-masing.
Dzikir. Mengingat. Mengingat apa saja. Terutama mengingat Allah. Allah Mahamengetahui dan Mahabijaksana. Ia tidak pernah lalai dari apa yang dikerjakan oleh makhluk-Nya. Ia juga tidak pernah lupa untuk membalas amal hamba-Nya. Baik amalan itu saleh, maupun jelek. Dalam dzikrullah, Ia sendiri berjanji akan mengingat orang yang mengingat dan menyebut-Nya: "Ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian..." (Qs. Al-Baqarah [2]: 152). Tentunya setiap yang melakukan 'perniagaan' dengan Allah tidak ada yang dirugikan sedikitpun.
Tafakkur. Tafakkur adalah bagian dari ibadah. Bukankah nabi Ibrahim, bapak monoteis, adalah contoh ideal dalam tafakkur? Dalam gelap gulita ia ber-tafakkur: ia mengira 'bintang' sebagai Tuhannya. Ketika bintang itu tenggelam, ia pun kecewa. Karena yang dapat tenggelam berarti bukan Tuhan. Ia benci kepada 'Tuhan yang tenggelam'. Ketika ia melihat 'bulan' muncul. Ia kembali mengira bahwa itu adalah 'Tuhannya'. Namun ketika bulan (juga) tenggelam, ia kembali kecewa. Terakhir, ia melihat 'matahari' terbit. Ia mengira (juga) bahwa itulah Tuhannya, karena dilihatnya lebih besar, lebih terang. Namun matahari juga mengecewakannya.
Hasil dari kekecewaannya itu ia kabarkan kepada kaumnya: ia berlepas dari apa yang mereka sembah dan persekutukan. Dan pada akhirnya, ia sampai kepada nilai tafakkur-nya: Tuhan bukan bintang, bulan atau matahari. Tuhannya adalah yang menciptakan langit dan bumi, termasuk isinya: bintang, bulan dan matahari. Akhirnya, tafakkur-nya membuahkan gumpalan keyakinan yang tak tergoyahkan (Qs. Al-An'am [6]: 75-79).
Baginda Nabi Muhammad saw juga demikian. Sebelum jadi Rasul, beliau adalah ahli tafakkur. Beliau suka ber-tahannuts di Gua Hira. Hal ini diceritakan oleh istrinya tercinta, Humaira Aisyah ra. "Beliau suka menyendiri kemudian bertahannuts di dalam Gua Hira beberapa malam lamanya" (HR Bukhari-Muslim). Kemudian beliau menyuruh umatnya agar ber-tafakkur: memikirkan ciptaan Allah, "Tafakkaru fi khalqillah..." (Bertafakkurlah tentang ciptaan Allah...) (Dikeluarkan oleh Dailamiy di dalam kitab al-Firdaus).
Ternyata kebiasaan ber-tafakkur sudah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Ummu Darda sendiri ketika ditanya tentang perbuatan Abu Darda yang paling afdhal, ia menjawab: tafakkur dan ber-iktibar. Hasan Al-Bashri menyatakan: "Tafakkur saa'atan afdhalu min qiyami lailatin" (Bertafakkur satu saat lebih baik dari shalat satu malam suntuk).
Umar ibn Abdul Aziz juga berkata: "Al-Ta'ammul fi ni'amillah min afdhal al-'ibadat" (Memikirkan (secara jeli) nikmat Allah salah satu bentuk ibadah yang paling baik). Maka ber-tafakkurlah!
Membersihkan hati dari 'cela'. Sebab hati itu seperti besi: bisa kotor dan berkarat. Kalau sudah berkarat tentunya agak sulit untuk membersihkannya. Meskipun bisa, biasanya tidak sebersih asalnya. Namun 'hati' bukanlah 'besi'. Ia dapat bersih seperti sediakala: bersinar dan bercahaya kembali.
Yang membuat hati kita berkarat adalah 'debu modernisasi', kabut kemajuan yang sudah tak terkontrol, belum lagi 'limbah pabrik kemaksiatan'. Semuanya menutup mata hati. Membuatnya tidak lagi tajam dan jeli. Cahayanya "redup": tidak bertenaga dan tidak memiliki pesona lagi. Hati harus dilatih (riyadhah) agar dapat mengalahkan hawa nafsu. Cinta dunia, harta, sombong, congkah, pongah, kikir (bakhil), ghibah, namimah, suka melirik kekayaan orang lain, dan sebagainya adalah bentuk 'cela' yang dapat mengotori hati.
Kesemuanya akan bermuara dan berkumpul. Kemudian akan melahirkan apa yang disebut dengan "hubb al-dunya" (cinta dunia). Dan pada gilirannya melahirkan "karahiyah al-maut": takut dan enggan untuk mati. Oleh karena itu, Kanjeng Nabi selalu mengingatkan agar hati selalu diarahkan untuk (selalu) mengingat maut. "Aktsiru min dzikr hadzim al-ladzat" (Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan).
Aisyah bertanya kepada Nabi saw: "Wahai Rasulullah, adakah seseorang yang dibangkitkan (pada hari kiamat) bersama para syuhada?" "Ya, ada." kata Rasul. "Yaitu orang yang mengingat maut dalam sehari sebanyak dua puluh kali”.
Dengan mengingat mati, orang hanya akan ingat untuk berbuat kebaikan. Ia lupa untuk 'menggunjingkan' kejelekan dan aib orang lain. Karena ia sadar bahwa amalnya belum tentu lebih baik dari orang yang digunjingkannya. Bisa jadi orang yang menurutnya buruk dan banyak dosa, ternyata lebih mulia di sisi Allah.
Orang yang sadar bahwa kematian itu dekat, ia tidak akan berani "korupsi" dan memakan harta rakyat kecil. Ia sadar bahwa apa yang ia makan akan dipertanggungjawabkan di pengadilan Tuhan yang Maha Adil. Tentunya "catatan" dan "dokumen" Tuhan lebih rapi dan terjamin validitasnya.
Lahirnya kesadaran seperti itu akan menghilangkan 'cela' dan keburukan yang bersemayam di dalam hati. Sehingga, karat hatinya dapat pudar. Hati adalah cermin Allah. Ia tidak akan rela dan ikhlas jika cermin-Nya itu kotor: karena ia tidak dapat ditembus oleh cahaya hidayah-Nya. Mari kita mulai "Wisata Hati" ini.
Wallahu a'lamu bi al-shawab.