Jalin Ukhuwah
waKTu sHoLat
Cermin Diri
Dalam riwayat Asakir dari al-Ashma’y disebutkan bahwa Abu Bakar jika dipuji beliau berdo’a “Ya Allah Engkau lebih tahu tentang diriku dan saya lebih tahu dari mereka. Ya Allah berikan kebaikan padaku dari apa yang mereka sangkakan. Ampunilah aku dari apa yang mereka tidak tahu dan jangan azab aku dari apa yang mereka katakan.”
=================================================
Saat kita menanam padi, rumput pun ikut tumbuh. TAPI..saat kita menanam rumput, tidak pernah tumbuh padi. Dalam melakukan kebaikan, kadang-kadang hal yang buruk turut menyertai. Namun, saat melakukan keburukan, tidak ada kebaikan bersamanya. Jangan bosan untuk berbuat baik, meski kadang tidak sempurna. Manusia menjadi sempurna justru karena memiliki Kekurangan disamping kelebihannya & Kelemahan selain kekuatannya…
thiNk aBout...
Menyendiri lebih baik dari pada berkawan dengan yang buruk & teman bergaul yang saleh lebih baik dari pada menyendiri. Berbincang2 yg baik lebih baik dari pada berdiam & berdiam adalah lebih baik dari pada berbicara (mengobrol) yang buruk (HR. Al- Hakim)
===================================================
Sebaik-baik sahabatmu ialah yang selalu memperhatikan kepentinganmu, bukan karena suatu kepentingan yang diharapkan daripadamu untuk dirinya (Al Hikam)
Selasa, 18 Oktober 2011
Panggilan Cinta..
Sebenarnya saya tidak terlalu mengamati Bapak Penjual kue itu. Sekilas-sekilas saja saya mengikuti adegan-adegan si bapak malayani pembelinya. Bagi saya, adegan-adegan tersebut biasa saja, tidak ada yang istimewa. Di mana-mana orang jual kue ya begitu, sama saja.
Bapak penjual kue itupun buat saya biasa saja. Mulai tampangnya, cara berpakaiannya, sikapnya, semua biasa-biasa saja, juga tidak istimewa. Yang membuat saya sering mengamati gerak-gerik mereka semata-mata karena saya sedang tidak ada yang dikerjakan saja. Hanya duduk-duduk bengong menunggu kedatangan seorang staf rumah sakit yang ingin saya temui.
Ketika itu jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 11.15. Bapak Penjual Kue tadi sudah selesai melayani pembeli. Sekarang dia sedang ngobrol cerita-cerita dengan orang-orang yang sedang duduk-duduk di situ. Sekali-sekali saya mendengar, tepatnya mendengarkan, pembicaraan mereka. Tidak ada yang menarik, kata saya dalam hati.
Dari luar kompleks rumah sakit, sayup-sayup mulai terdengar rekaman orang mengaji dari speaker masjid. Ketika saya masuk kompleks rumah sakit tadi saya lihat ada masjid yang cukup besar di tepi jalan. Sepertinya suara tadi dari masjid itu. Memang sudah menjadi kebiasaan di masjid-masjid, terutama yang dikelola oleh orang-orang Nahdliyin, setiap akan memasuki waktu sholat selalu menyetel rekaman orang ngaji. Mungkin untuk mengingatkan warga sekitar agar segera bersiap-siap dan tidak terlambat sholat berjamaah.
Si Bapak Penjual Kue tadi tiba-tba memutuskan obrolannya dan mohon diri pada para hadirin di sekitarnya. "Mau ke mana, Mas, kok buru-buru?" tanya salah seorang hadirin. Bapak penjual kue menjawab dengan ringan, tapi jawabannya inilah yang membuat saya tertegun. Jawaban bapak ini, "Sebentar Pak, ini dipanggil untuk Sholat Dzuhur dulu, ya, paling cuma sepuluh menit, daripada dipanggil selamanya."
Subhanallah, begitu istimewa Bapak ini. Sebelum Allah memanggilnya dengan kumandang adzan, dia mendahului untuk mendatangi masjid. Sungguh sebuah jawaban yang sangat tepat. Ya, lebih baik memenuhi panggilan yang paling lama hanya lima belas menit, selanjutnya bisa ngobrol-ngobrol lagi, daripada dipanggil selamanya, alias mati!
Alasannya begitu sederhana. Tanpa perlu menukil hadits-hadits tentang keutamaan sholat berjamaah. Tanpa perlu menggunakan kata-kata bijak yang rumit. Lha wong dipanggil, kok, ya datang, lagipula yang memanggil itu Rabb yang menciptakannya. Saya merasa malu dengan Bapak ini. Dia mendahului mendatangi masjid sebelum dipanggil oleh adzan. Sementara saya kadang tenggelam dalam pekerjaan sampai akhirnya harus menjadi masbuk.
Bapak inilah contoh orang yang mencintai Allah. Dia dahulukan hak Rabb-nya daripada sekedar ngobrol. Dia benar-benar ungkapkan cintanya dengan istiqomah memenuhi panggilan sholat berjamaah. Dia tidak ingin melewatkan momen spesial bertemu dengan kekasihnya dalam sholat jamaah. Sementara kita yang mengaku cinta Allah, tutup kuping rapat-rapat ketika adzan berkumandang.
Bagaimana mengaku cinta sedangkan ketika kekasihnya memanggil tidak dihiraukannya. Seberapa besar cinta kita jika saat-saat istimewa bertemu Sang kekasih kita lewatkan begitu saja? Cinta macam apa yang kita ikrarkan pada Allah? Dan sungguh Allah telah menasehati saya lewat Bapak Penjual kue ini. Semoga Allah selalu mencurahkan Rahmat -Nya kepada bapak ini.
Oleh Probo Dyan Nurwachid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar