Di awal pertemuan ku tak pernah menyangka kalau dia sudah menikah, kalau bukan karena temanku Rana memberitahu. “Via, dia itu udah nikah lho…tapi memang suaminya jarang terlihat saja, sibuk dengan usahanya”.
Sita adalah dosen di Universitas Islam terkenal di Jakarta, saking awet mudanya ku pun tertipu dengan tak mengira bahwa dia sudah bersuami (wuihhh…asik tuh suaminya hehehe..). Sita adalah akhwat yang buatku sangat luar biasa. Mahasiswa sangat senang dengan cara dia mengajar, apalagi klau sudah dalam forum diskusi makin terlihatlah tak salah klo dia menjadi dosen favorit di kelasnya (ya iyalah…enak di dengar penjelasannya, ga berasa klo lagi kuliah hihihih…).
Sudah 5 tahun Sita menikah dan belum dikaruniakan keturunan, namun dia tetap optimis dan senyum tak terlepas ketika keluarga dan tetangga menanyakan “sudah isi blm”..duhhh…”klo aku yg mendengar kan ku jawab emangnya nikah Cuma buat anak aja pa”. Tidak dengan Sita, dia hanya menjawab “iya nich..Allah masih nyuruh saya dan suami pacaran dulu” dengan senyum manisnya. (salut aku denganmu sis…)
Rana dan aku suka bertandang ke rumahnya untuk bercerita tentang Islam dan yang lainnya. Sita pernah bercerita klo di rumahnya memang suka ada keanehan, dari bau tidak sedap atau hawa yang panas disekitar rumahnya. Selang beberapa hari kemudian baru dia ketahui klo memang ada yang tidak suka dengan keberadaan dia dilingkungan ini. Tapi dia dan suami makin mendekatkan diri ke Allah, mereka yakin klo Allah akan selalu mejaga hambaNya yang berusaha menegakkan panji Islam. Sita bukan hanya seorang istri ataupun dosen, walaupun sudah menikah dia tetap aktif di lingkungan dengan membuat kajian buat para ibu-ibu. Menjadi tempat curhat para ibu yang memang tak dipungkiri mengalami kejenuhan dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Atau kisah para ibu yang menangis karena tak bisa mengajak anak ataupun suaminya untuk mendalami dien Islam.
Para ibu-ibu itu tak tahu, Sitapun harus bersabar menjaga dan menyemangati suami untuk teguh di jalan Islam. Pada kesempatan lain ketika aku bertandang kerumah Sita tanpa di temani Rana, Sita bercerita bagaimana ia bisa menikah dengan suaminya.
Awalnya dia hanya berkenalan dan menganggap Rama nama suami Sita sebagai teman biasa. Tak disangka Rama datang kerumah dan bertemu dengan orang tuanya untuk melamarnya. Orang tuanya tidak menjawab dan meminta waktu untuk menanyakan kepada putrinya. Rama bilang kepada Sita bahwa dia ingin menikahi Sita dan minta tolong untuk mengajarkan Islam kepadanya. Rama berjanji akan menuruti Sita bila itu untuk mendalami tentang Islam.
Akhirnya Sita menikah dengan Rama setelah orang tuanya Sita menuruti keinginan anaknya tersayang. Memang Rama menepati omongannya pada Sita untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, tapi terkadang sikap bandelnya yang dahulu masih suka kambuh. Yang lebih mengejutkan ternyata pernikahan kawanku ini sedang di ambang perpisahan. Pintar sekali Sita menyembunyikan prahara rumah tangganya ini, bahkan aku yang dekat dengannya tak menyadarinya.
Satu bulan aku lost contact dari Sita dikarenakan kesibukanku dengan tugas akhirku membuat ku jarang bertemu dengannya. Satu malam Sita menghubungiku kalau dia sedang dalam proses perceraian dengan suaminya, padahal dia baru pulang dari Australia menyelesaikan S2nya. Ketika ku tanyakan kenapa berpisah dia bilang karena suaminya menuduh dia telah menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Yang tak bisa kuterima suaminya menjelek-jelekkan kawanku ini ke para tetangga dengan cerita bahwa Sita yang mengejar-ngejar dia agar dinikahi olehnya dan selingkuh dengan lelaki lain. Wahhh…cari perang nich cowok, ingin sekali ku tampar wajahnya atau ku sumpal dengan cabe paling pedas agar dia menjaga ucapannya. Astaghfirullah’aladzim
Tapi ketika kutanyakan bagaimana tanggapan keluarganya, Sita bilang orang tuanya sangat lega dia berpisah dengan suaminya karena dari awal orang tuanya memang agak berat melepaskan anaknya untuk menikah dengan Rama.
Kini temanku sudah berpisah dengan suaminya, semoga kau selalu dalam lindunganNYa kawanku. Selalu berprasangka baik dengan Allah karena Allah lebih tau yang dibutuhkan hambanya bukan apa yang diinginkan hambanya itu kata terakhirnya ketika dia selesai menceritakan semua tentang kejadian rumah tangganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar