Tak tau kapan ku mulai akrab dengan dia, tapi yang pasti ROHIS di sekolah putih biru lah awal kebersaaman ku dengan dirinya. Ismi, nama yang singkat, entah apa yang dipikirkan orang tuanya ketika memberi nama ke teman dekatku itu. Mungkin harapan mereka agar hidupnya penuh dengan kemudahan seperti namanya yang singkat dan mudah diingat. ^^v pisssss….
Awal ku masuk ke sekolah putih biru hanya dengan rufi ku ditemani, rufi sahabatku ketika di merah putih. Namun ternyata ku dan rufi berada dikelas terpisah, justru rufi lebih dulu kenal dengan ismi. Dari awal kelulusanku di merah putih abangku selalu mengingatkan agar ku gabung di ROHIS, ku tak tau ROHIS itu apa yang aku tau abangku menjanjikan diROHIS kan kudapatkan yang kucari (setidaknya itu katanya yang bisa ku pegang saat itu).
Dihari kedua MOS ku, langsung ku pergi ke mushola untuk bertemu atau tepatnya mencari seseorang yang bisa memberiku informasi tentang ROHIS. Alhamdulillah ku bertemu dengan kak irfan, dia memberikan banyak informasi untuk bergabung dan ku provokasikan ke rufi untuk menemani ku. Upss…siapa ya dia, ada yang salahkah dengan penampilanku, kenapa cowok dipojok mushola itu memperhatikan ku dari awal ku masuk mushola hingga ku pergi. (ahhh..sudahlah…g penting)
Rupanya tak banyak yang memakai jilbab seperti ku di sekolah putih biru ini. Pantas dari awal MOS sampai satu minggu ku disini masih jadi sorot perhatian, dan kuingat sekali saat MOS banyak senior yang mengerjaiku. Hehehe…bukan Rima kalo ku tunduk dengan para seniorku itu. Karna pantang buatku diatur dengan orang yang belum pasti penting dalam kehidupanku, dan lagi pula aku tak pernah diajarkan takut pada siapapun kalo diriku melakukan kesalahan.
Perjalanan disekolah baruku ini mengantarkanku untuk berkenalan dengan Puji, dia sepertinya ngefans deh sama aku, soalnya dia sering sekali menarik perhatianku hehehe…jadi di awal tingkat pertama ini ku dekat dengan Rufi dan Puji. Aku pun dekat dengan para guru dikarenakan sikapku yang aktif dalam kegiatan, kalau guru agamaku senang padaku karena ku ada nilai lebih dalam agama (maklum saja, ku lulusan madrasah jadi akan memalukan kalo ku tak tau tentang Islam, pikirku saat itu).
Di ROHIS ku memang agak dekat dengan para kakak senior yang ikhwan (cieee..udah pake bahasa lain). ROHIS angkatanku ada Rufi, Puji, Alan, Rio dan Mirwan. Dan ku mulai kenal Ismi di ROHIS ketika ku ditingkat dua. Enggak ada yang special sich ketika berkenalan dengan dia, yang aku tau dia memang pintar dan cantik (ku akui itu hehehe..) tapi ku lebih suka dengan kata manis ketimbang cantik sich hihih..
Keakraban kami di ROHIS menular hingga sampai diluar sekolah pula. Kami sering berkumpul tidak hanya membahas tentang pelajaran tapi tentang keluarga ataupun masalah hati. Lama bergabung di ROHIS Alhamdulillah bisa menyebarkan “virus jilbab”, Puji dan Ismi akhirnya memutuskan untuk memakai jilbab di akhir tingkat dua. Dan yang lebih membuat ku terkejut Ismi memutuskan “pacar”nya dikarenakan dia sekarang berjilbab. Katanya “ku belajar Islam g mau setengah-setengah, klo ku ambil keputusan untuk berjilbab maka ku trima semua konsekuensinya”, ku hanya tersenyum dengar jawabannya.
“kak rima, gmana tentang buku yang ku pinjam?”, aahhh..ku tersadar dari lamunan putih biru ku hehehe..malunya.
Zee..adik kelasku di kampus masih menunggu jawabanku untuk mencarikan buku tentang “Berjatuhan di Jalan Da’wah (Fathi Yakan)” (promosi.com). Iy dek..nanti kk pinjamkan, ku cari dulu ya dirumah hehehe…
Semua cerita Zee tentang kabar para adik-adikku di pengurusan LDK membuatku teringat pada masa-masa ku gabung di ROHIS, semua seperti mimpi.
Kak..SDM dikampus kurang nich, banyak yang kabur entah kenapa, ada yang alasan sibuk ma tugas kampus, ada yang takut sama NII (ya di kampus lagi maraknya ma NII, ada orang tua yang lapor anaknya beberapa hari g pulang dan menuduh kami yang mengajak), ada yang jadi korban virus merah jambu (argghhh..bosan aku mendengarnya).
Rima pulang bareng yuk..ajak Rini menghampiriku ketika keluar kelas. Boleh, jawabku. Di pinggir jalan Rini mengenalkan ku pada cowok yang pernah kulihat di pojok mushola, namanya Vano. Ismi hanya tersenyum ketika Rini mengenalkan ku dengan Vano. Ismi kemudian membisikkan “hati-hati..Rini mau comblangin kamu ma Vano”…dengan cepat ku cubit pinggang Ismi.
Ahh..Ismi satu-satunya teman yang selalu mengingatkan ku untuk selalu senantiasa menjaga hati ini, baik dari masalah hati sampe jangan sampe ku berpikir untuk membeci seseorang secara berlebihan. (ku ingin segera kembali ke Jakarta dan bertemu Ismi)…
Bergugurannya seseorang di jalan dakwah bermakna pengunduran dirinya dari kancah perjuangan Islam, baik dengan perkataan atau mungkin cukup dengan sikapnya yang semakin menjauh dari dakwah. Hilangnya semangat juang, kaburnya niatan ikhlas, ketidakdisiplinan, berkurangnya porsi waktu untuk mengurus dakwah, meremehkan berbagai fadhilah atau keutamaan dakwah, serta mengabaikan ketetapan syari’at merupakan indikasi seseorang tergerogoti ‘virus’ tasaquth ini. Bukan berarti ia tidak mengerti Islam atau dakwah, bahkan mungkin ia sangat mengerti Islam, dakwah, dan syari’at, dan pada masa sebelumnya ia termasuk dalam orang-orang yang sangat bersemangat mengobarkan api perjuangan dakwah. Tetapi tasaquth yang menggerogoti dirinya disebabkan ketidak-kuatan jiwanya dalam menanggung sengitnya perjuangan dakwah yang panjang nan melelahkan serta beragam variasi bentuk fitnah atau ujian yang dia alami di setiap perubahan waktu dan kondisi.
Ya bisa jadi adik-adikku dan teman seperjuanganku sedang mengalami ini, mundurnya teman seperjuanganku diakibatkan terkontaminasi dengan pergaulan dan pemikiran bebas. Mengingatkan ku kembali kepada sosok ISMI, entah kapan lagi sosok itu akan bermunculan kembali. Sosok yang ketika memutuskan untuk berdiri di ISLAM maka dia akan menerima segala konsekuensi yang harus dia hadapi.
“aku capek Is, klo terus-terusan gini kapan majunya ROHIS kita”, keluhku pada Ismi ketika teman-teman di ROHIS SMIPku menghilang ketika rapat kegiatan sekolahku. Ismi hanya tersenyum, ga ada mereka ROHIS kita bisa jalan kok, tenang aj Ima. Huuu..temanku ini yang setia menemani ku sampai ke putih abu-abu memang ga ada matinya klo tentang perjuangan. (Ba’da ujian kuliah ku harus ke Jakarta, tunggu aku sahabatku)
Dalam hidup akan banyak ditemui bermacam jalan. Kadang datar, kadang menurun, kadang pula meninggi. Begitu pula dalam perjalanan dakwah. Ada saatnya para muharrik (orang yang bergerak) menemui jalan yang lurus dan mudah. Namun tidak jarang menjumpai onak dan duri. Hal demikian juga terjadi pada muharrik. Suatu saat ia memiliki kondisi iman yang tinggi. Di saat lain, iapun dapat mengalami degradasi iman. Tabiat manusia memang menggariskan demikian, tinggal sich manusia ini mengambil keputusan. Untuk terus berjatuhan dan terus dalam keadaan jatuh tanpa ada keinginan untuk bangkit dan memperbaiki diri. Atau ketika dia jatuh maka dia dengan segera bangkit dan terus menerus melakukan perbaikan atas dirinya karena dia yakin, bahwasanya setelah hujan badai Allah akan menghadiahkan PELANGI kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar